KOTA KAMI – Tepat di sebelah Lawangwangi, Warung Sitinggil berdiri. Namun lokasinya yang masuk ke dalam membuat tempat ini jarang terlihat bagi orang yang lalu lalang di Dago Giri. Apalagi tulisan Warung Sitinggil di depan tampak sudah kusam dengan warnanya yang hitam.

Keunikan dari tempat ini adalah desain interiornya yang sederhana tidak semewah cafe di sebelahnya. Tapi kalau untuk pemandangan, keduanya dapat diacungi jempol. Mungkin karena lokasinya yang berada di dataran tinggi.

Suasana sejuk dan hangat begitu terasa saat Anda duduk lesehan di warung ini. Patut diketahui konsep Warung Setinggil adalah rumah panggung berkayu. Tak begitu banyak kursi yang disediakan di warung ini, paling hanya ada di teras depan dan di dekat dapur yang menyatu dengan ruang tamu.

Begitu banyak keunikan yang terasa saat berkunjung ke warung ini. Diantaranya adalah saat berkunjung ke Warung Sitinggil, jangan pernah berharap jika Anda akan diperlakukan layaknya Raja. Pak Dandhi sang pemilik warung, memiliki prinsip jika pembeli adalah tamu bukan raja. Pak Dandhi-lah yang menjadi Raja, karena ini adalah rumahnya. Jadi saat berkunjung ke tempat ini, sebaiknya Anda berlaku sopan layaknya sedang bertamu ke rumah orang. Seperti membuka sepatu misalnya, ketika saat memasuki ruangan.

Keunikan lainnya adalah banyaknya kucing berkalung yang lalu lalang di dalam warung. Kucing-kucing ini merupakan peliharaan Pak Dandhi. Setiap pengunjung dilarang memberi makanan pada kucing seperti yang tertera di dalam buku menu. Tujuannya adalah agar kucing tidak mudah menjadi celamitan.

Kalau untuk menu yang dihadirkan cukup beragam. Di dalam buku menu fotokopian yang dilapisi dengan plastik, hampir semuanya adalah menu tradisional. Seperti nasi bakar, pempek, cirenglok, siomay ayam dan lumpia. Namun menurut Tim kota kami, enaknya sih di tempat seperti ini menikmati makanan yang ringan dan hangat. Apalagi jika berkunjung di waktu sore dan malam.

http://www.kotakami.com/